“Bagaimana mungkin di negara yang mayoritas penduduknya muslim, yang mengharamkan minuman beralkohol atau yang sering disebut minuman keras (miras) tiba-tiba muncul kebijakan publik seperti ini,” kata dia.
Selain itu, Refly Harun mempertanyakan cara berpikir pemerintah yang dinilainya tiba-tiba membuat kebijakan terkait investasi miras di negara dengan mayoritas penduduk muslim.
Baca Juga: Soal Perpres Investasi Miras, Refly Harun Pertanyakan Dalang Dibaliknya: Siapa Otak Dibalik Ini?
Menurutnya, mayoritas masyarakat muslim sudah sangat jelas mengharamkan minuman beralkohol atau miras.
“Bagaimana cara berpikir pemerintah itu. Siapa otak dibalik semua ini? Hanya demi investasi dan uang,” kata dia.
Lebih lanjut, Refly Harun memaparkan bahwa apabila kebijakan terkait pembukaan investasi miras ini didasarkan pada peluang investasi uang, maka tujuan pasar dari kebijakan ini harusnya ekspor.
Baca Juga: Ridwan Kamil Ajak Warga Jabar Jadi Relawan Vaksin Rekombinan Covid-19 Anhui: Semangat Bela Negara
Dia menilai kebijakan terkait investasi miras ini aneh, karena Indoensia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim yang menghasilkan ekspor miras atau konsumen miras tertinggi.
“Bicara soal investasi pasti ujungnya adalah keuntungan. Melalui kebijakan dibukanya kran investasi minuman beralkohol atau yang sering disebut minuman keras ini. Pasti harapan atau doa pemerintah adalah industri minuman keras ini harus terus maju,” ujar dia.
Oleh karena itu, menurutnya, agar maju maka otomatis tingkat konsumsi miras ini harus tinggi, baik di dalam negeri atau luar negeri.