Berikut 6 Institusi Pembuat Vaksin Merah Putih Asal Indonesia yang Rencananya Akan Rampung Awal 2021

- 27 Oktober 2020, 16:47 WIB
Peneliti meriset pembuatan vaksin Merah Putih di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu 12 Agustus 2020.
Peneliti meriset pembuatan vaksin Merah Putih di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu 12 Agustus 2020. /ANTARA/ Dhemas Reviyanto

PR BANDUNGRAYA – Terkait vaksin virus corona yang dijadwalkan akan rampung pada awal 2021, Indonesia pun bekerja sama dengan pihak luar terkait vaksinasi ini.

Belum lagi, vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan oleh Indonesia kini akan mempunyai enam versi.

Dikutip oleh Prbandungraya.pikiran-rakyat.com melalui Antara, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brojonegoro membeberkan hal tersebut.

Baca Juga: Jisung NCT Balas Cuitan Penggemar hingga Disuruh Pilih Sungchan atau Chenle, Ini Jawabannya

Enam versi vaksin tersebut didapatkan dari enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platform yang berbeda.

Keenam platform tersebut antara lain Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada (UGM).

Selanjutnya ada dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga dan yang terakhir Institut Teknologi Bandung (ITB).

Vaksin yang dibuat Eijkman dengan platform sub-unit protein rekombinan sudah mencapai kemajuan lebih dari 50 persen dari skala laboratorium.

Serta akan direncanakan untuk uji praklinik pada hewan di November 2020. Tak hanya itu, LIPI pun tengah mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan fusi.

Baca Juga: Luncurkan Eyes Wide Open dengan Suasana Provokatif, TWICE Tunjukkan Sisi Gelap Kejutkan Penggemar

UGM mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan, UI mengembangkan vaksin dengan platform DNA, mRNA, dan virus like-particles.

ITB mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus dan Universitas Airlangga mengembangkan vaksin dengan dua platform, adenovirus dan adeno-associated virus (AAV).

Bambang menuturkan, pengembangan vaksin berbagai platform tersebut mirip dengan yang dilakukan oleh pihak luar negeri.

Ia mencontohkan seperti AstraZeneca yang menggunakan platform non-replicating viral vector, Moderna yang menggunakan platform RNA.

Sinovac dari Tiongkok yang menggunakan platform inactivated virus, dan CanSino Biological Inc dari Beijing Institute of Biotechnology yang menggunakan platform replicating viral vector.

“Perbedaan ini tergantung teknologi yang dikuasai masing-masing institusi atau peneliti,” ujarnya.

Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Tandatangani Petisi Tolak Jurassic Park hingga Bintang Emon Angkat Suara

Walaupun dikerjakan secara masing-masing sesuai keahlian, Bambang akan memfasilitasi untuk produksi vaksin tersebut.

Tugas para institusi penelitian atau Kementerian Riset dan Teknologi adalah sampai kepada menghasilkan prototype atau bibit vaksin Covid-19.

Kemudian pengembangan lanjutan akan menjadi tanggung jawab PT Bio Farma untuk bisa melakukan uji klinis dan produksi pada vaksin tersebut.

Bio farma berencana akan membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.***

Editor: Bayu Nurulah

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah