Virtual Police Mulai Diberlakukan, Konten Berpotensi Langgar UU ITE Bakal Diberi Peringatan

- 25 Februari 2021, 12:53 WIB
Ilustrasi pemberlakuan Virtual Police.*
Ilustrasi pemberlakuan Virtual Police.* /ANTARA/Ahmad Subaidi

PR BANDUNGRAYA - Polri mulai memberlakukan Virtual Police di media sosial guna menekan penyebaran konten yang berpotensi melanggar pidana maupun hoaks.

Sebelumnya, Kaplori Jenderal Listyo Sigit Prabowo menggagas Virtual Police sebagai upaya untuk menekan penyebaran konten yang berpotensi melanggar hukum di media sosial.

Virtual Police merupakan unit sebagai bagian dari 16 program prioritas Kaplori Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo terkait pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).

Baca Juga: Dukung Pengembangan Ekonomi Syariah, OJK Luncurkan Roadmap Perbankan

Dengan begitu, Virtual Police dibentuk sebagai upaya untuk mencegah tindak pidana Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE.

"Melalui Virtual Police, kepolisian memberikan edukasi dan pemberitahuan bahwa apa yang ditulis ada pelanggaran pidana," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono dikutip PRBandungRaya.com dari Antara.

Oleh karena itu, apabila suatu akun di media sosial mengunggah tulisan atau gambar yang berpotensi melanggar pidana, maka Virtual Police akan menyimpan tampilan unggahan tersebut.

Baca Juga: HP Raib Digondol Maling, Selebgram Ajudan Pribadi Pilih Maafkan Pelaku dan Minta Kasus Dihentikan

Lebih lanjut, Irjen Argo Yuwono menjelaskan bahwa peringatan atau alert dari Virtual Police akan dikirim melalui direct message atau DM ke pengguna media sosial yang bersangkutan.

"Kemudian virtual police alert dikirim secara pribadi ke akun yang bersangkutan secara resmi," tutur dia.

Setelah itu, unggahan yang dinilai berpotensi pidana akan dikonsultasikan dengan tim ahli yang meliputi ahli pidana, ahli bahasa, dan ahli informasi dan transaksi elektornik (ITE).

Baca Juga: Segera Daftar! DCKTRP Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Simak Syarat dan Tahapan Seleksinya

"Apabila ahli menyatakan bahwa ini merupakan pelanggaran pidana, baik penghinaan atau sebagainya, maka diajukan ke direktur siber atau pejabat yang ditunjuk di siber memberikan pengesahan," ujar Irjen Argo Yuwono.

Dengan adanya Virtual Police, Irjen Argo Yuwono berharap konten hoaks atau post truth di internet, khususnya media sosial, dapat berkurang.

"Masyarakat dapat terkoreksi, apabila membuat suatu tulisan atau gambar yang dapat membuat orang lain tidak berkenan dan untuk menghindari adanya saling lapor," katanya.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah