Untuk Pertama Kalinya dalam Sejarah, Situs Api Abadi Mrapen Padam

- 3 Oktober 2020, 13:57 WIB
Petugas menyelidiki Situs Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Grobogan.*
Petugas menyelidiki Situs Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Grobogan.* / ANTARA/HO/

PR BANDUNGRAYA - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Situs Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah apinya padam.

Lantaran hal tersebut, pihak pemerintah daerah setempat akan berupaya untuk menyelamatkan situs api abadi tersebut.

Diketahui pula bahwa lokasi api abadi ini juga biasa digunakan oleh umat Buddha setiap tahunnya dengan melaksanakan upacara Waisak.

Baca Juga: 'Sang Pembangkang', Film Dokumenter Pembunuhan Jamal Khashoggi yang Sita Perhatian Publik

"Kami tengah berupaya mencari langkah-langkah yang tepat agar situsnya tetap terjaga karena selama ini tempat tersebut juga menjadi ritual tahunan umat Buddha pada upacara Hari Raya Waisak," kata Kasi Energi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto di Grobogan, Sabtu 3 Oktober 2020.

Guna menyelamatkan situa api abadi ini, pihaknya telah menghubungi berbagai pihak seperti Undip, Akprin Yogyakarta, dan UGM terkait solusi padamnya Api Abadi pada 25 September 2020 yang hasilnya memang mengerucut untuk beberapa opsi.

Hanya saja, Sinung belum berani membeberkan sejumlah langkah alternatif yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan situs api abadi agar salah satu ritual yang biasa dilakukan dari zaman Mataram kuno tidak sampai terputus.

Baca Juga: Dijamin Tak Lagi Terlihat Kuno, 4 Tips Gunakan Batik ala Perancang Busana Ini Wajib Dicoba

Menurut dia semua alternatif langkah penyelamatan memang berisiko, karena pada tahun 1990-an pernah pula dilakukan upaya pencarian sumber gas metan untuk dialirkan ke lokasi situs agar tetap menyala besar.

Pada saat itu, kata dia, apinya memang tidak padam, namun debit gasnya mulai berkurang sehingga apinya mulai mengecil karena gas alam ketika ada retakan yang lebih besar biasanya akan bergeser.

Ia optimistis untuk mencari sumber gas methane di lokasi sekitar tidak akan kesulitan karena tinggal cari pasokan gasnya dari mana.

Baca Juga: Sektor Pariwisata Tiongkok Berangsur Pulih, Pekan Emas Dimanfaatkan 97 Juta Warga untuk Liburan

Di sekitar lokasi situs, kata dia, dimungkinkan masih banyak pasokan gas methane karena berdasarkan peta gas dari rekanan PT Pertamina yang pernah mengerjakan blok barat Purwodadi sampai Mranggen memang potensi gasnya cukup besar, namun ada retakan.

"Retakan itulah yang menjadi kewaspadaan masyarakat agar dalam melakukan pengeboran untuk kepentingan air bersih jangan sampai lebih dari 30 meter," ujarnya dilaporkan Antara.

Kalaupun terjadi kelangkaan air, maka menjadi tugasnya pemerintah daerah setempat bersama PDAM untuk mengairi.

Baca Juga: Perilisan Film Seri James Bond No Time to Die Kembali Diundur, Ini Jadwal Barunya

Ia mengingatkan ketika pengeboran terlalu dalam, akan keluar gas karena kejadian selama ini memang demikian sehingga ada yang dimanfaatkan oleh masyarakat, ada yang dibuang dan ditutup.

Padamnya situs api abadi tersebut, diduga tidak terlepas dari adanya pengeboran sumur yang lokasinya tidak jauh dari situs pada 12 September 2020 yang memunculkan semburan gas.

Kemudian, pada tanggal 20 September 2020 debit gas pada aitus api abadi menurun dan apinya mengecil dan baru padam pada tanggal 25 September 2020.

Halaman:

Editor: Abdul Muhaemin

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x